Belum Jadi Pelanggan Newsletter?
Bergabung dengan 3000+ anggota untuk belajar cara berkembang pesat di social media, dan membangun bisnis online menguntungkan dengan modal minim — 100% Gratis!
Kami tidak akan pernah mengirimi Anda Spam
9 Taktik Agar Viewer Mau Menjadi Follower (dan Terus Kembali)
Mempertahankan perhatian itu lebih sulit daripada menarik perhatian.
Untuk menang di social media dan meningkatkan follower, kita harus mampu melakukan keduanya.
Hanya karena viewer tertarik untuk menonton, bukan berarti mereka akan menyukai kontennya. Apalagi dengan terlalu banyaknya pilihan konten, viewer menjadi sangat tidak sabaran. Baru nonton beberapa detik udah langsung kabur.
Tidak semua akan nonton sampai habis, TAPI minimal 30% viewer harus bisa dipertahankan sampai konten berakhir.
Kenapa mempertahankan perhatian audiens itu penting?
- Mengindikasikan bahwa audiens kemungkinan menyukainya
- Jika mereka menyukainya, maka like, comment, dan share bisa meningkat
- Sebagian audiens akan terdorong untuk melihat konten kita yang lainnya
- Kepercayaan akan terbangun sehingga audiens mau follow atau subscribe
- Dan tentunya, membantu dalam meningkatkan jam tayang (watch time), yang mengarah pada penambahan rekomendasi dari algoritma
Kemampuan dalam mempertahankan perhatian adalah faktor penting yang berdampak pada pertumbuhan audiens, dan sebagian dari mereka akan menjadi fans.

Fans bukan hanya sekedar angka follower atau subscriber, tapi audiens loyal yang selalu kembali setiap kita posting konten baru. Mereka akan memberikan like, comment, dan share konten kita dengan sendirinya. Membuat laju perkembangan meningkat semakin cepat.
Untuk meyakinkan seseorang agar mau menjadi fans itu tidak mudah, tapi bisa dimulai dengan menjalankan 9 taktik yang dibahas di sini.
Cara Mempertahankan Perhatian Audiens
Taktik dalam mempertahankan perhatian audiens ini bisa diterapkan baik untuk konten panjang dan pendek. Semuanya tidak membutuhkan pengetahuan teknis shooting atau editing yang rumit.
Setelah beres membaca, bisa langsung dipraktekkan.
Mari kita mulai …
Taktik 1 – Singkat, Padat, Jelas
Visual yang cinematic atau efek yang memukau menjadi percuma tanpa adanya pesan yang jelas.
Beberapa aspek yang mempengaruhi:
- Struktur konten yang jelas, yaitu awal, tengah, akhir
- Pembukaan kuat dan menarik (hook)
- Penggunaan bahasa yang mudah dimengerti oleh banyak orang dari berbagai kalangan
- Mengutamakan penggunaan kalimat-kalimat pendek yang sederhana
- Memunculkan teks saat harus menjelaskan istilah baru atau poin penting
- Durasi yang sesuai dengan kebutuhan informasi yang harus disampaikan
- Dan tentunya, audio yang jelas untuk didengar
Untuk kualitas audio di sini bukan berarti harus terdengar profesional, tapi tidak mengganggu telinga dan terdengar jelas tanpa harus memperbesar volume pada perangkat.
Penonton cenderung protes saat mendengar audio yang kurang jelas ketimbang visual yang kurang bagus. Sebelum posting, coba bandingkan dulu tingkat kejelasan dan level volume audio konten kita dengan konten-konten lain.
Btw, taktik pertama ini sebetulnya bukan benar-benar taktik, tapi suatu keharusan.
Taktik 2 – Value Proposition
Pada dasarnya orang itu hanya peduli dengan dirinya sendiri.
Viewer memilih suatu video karena ingin menghibur dirinya, belajar hal baru, atau menemukan solusi bagi masalahnya. Jika tidak ada hal yang menarik bagi dirinya, viewer akan langsung skip.
Jadi jelaskan (atau perlihatkan) keuntungan yang bisa didapat oleh viewer dari semenjak konten dimulai.
Value proposition bisa disampaikan secara visual, verbal, teks, atau kombinasi ketiganya. Dalam video durasi panjang, kita harus menyampaikan di 30 detik pertama. Sedangkan untuk durasi pendek, sampaikan dalam 3-4 detik agar viewer mau berhenti scrolling.
Untuk yang membuat video durasi panjang, ingatkan viewer tentang value proposition 2-3 kali di tengah video agar mereka tidak lupa.
Taktik 3 – Tidak Ada Risiko, Tidak Ada Cerita
Manusia adalah mahluk yang haus cerita.
Penonton lebih peduli dengan cerita menarik ketimbang konten yang dibuat dengan peralatan mahal. Baik film, lagu, berita, atau novel semuanya berdasarkan pada cerita. Dan apa yang menarik untuk diceritakan itu adalah sesuatu yang bermasalah.
Podcast yang sering viral pun, biasanya membahas suatu masalah serius, atau mendatangkan nara sumber yang bermasalah.
Kita tidak harus selalu mencari masalah atau konflik yang rumit, tapi cukup yang sederhana dan relate dengan audiens.
Masalah dalam konten hiburan adalah apa yang dialami oleh tokoh utama yang ada di video. Cukup yang simple, seperti terjebak macet, main game kalah terus, atau hal lain yang membuat kita resah. Penonton lebih menyukai jika masalah yang diangkat adalah hal yang relate dengan mereka.
Sedangkan dalam konten edukasi, apa yang dibahas adalah masalah yang dialami target audiens.
Tips agar lebih menarik:
- Presentasikan masalah atau konflik utama di bagian hook
- Untuk video durasi panjang, lemparkan banyak masalah kecil yang berkaitan dengan masalah utama di sepanjang konten
- Untuk meningkatkan retensi, sampaikan masalah tersebut dengan taktik open loops
Taktik 4 – Open Loops
Open loops adalah teknik di mana kita menimbulkan suatu pertanyaan di benak penonton, TAPI tidak langsung dijawab.
Daripada mengatakan:
“Begitu keluar rumah, tiba-tiba hujan mulai turun, dan saya gak jadi pergi kencan.”
Lebih baik mengatakan:
“Begitu keluar rumah, saya berubah menjadi kecewa … dan tiba-tiba pasangan saya telepon sambil marah-marah …”
Dengan menyembunyikan sebagian informasi penting, maka akan timbul pertanyaan di benak penonton. Sebelum menjawab, coba bangun dulu tensinya agar penonton semakin penasaran. Dan setelah akhirnya dijelaskan, lanjutkan lagi dengan open loop berikutnya.
Namun jangan meninggalkan terlalu banyak open loops yang tidak terjawab secara sekaligus — penonton bisa merasa kebingungan.
Open loops bisa disampaikan secara verbal, visual, atau kombinasi keduanya. Yang terpenting, jangan langsung menjelaskan kesimpulannya. Hilangkan dulu sebagian informasi penting, dan ungkap secara perlahan.
Baca juga penjelasan mengenai setup dan payoff di edisi lalu untuk lebih memahami pembuatan open loop.
Taktik 5 – Show & Tell
Manusia adalah mahluk visual karena otak kita mampu memproses informasi visual secara jauh lebih cepat dibanding jenis informasi lainnya.
Jadi jangan hanya memberitahukan (tell), tapi ada kalanya kita harus memperlihatkan secara visual (show).
Kapan waktunya memperlihatkan?
- saat mendemonstrasikan suatu proses (tutorial aplikasi, masak, dll)
- saat memperlihatkan suatu hasil (contoh, bukti, atau komparasi sebelum-sesudah)
- saat memperkenalkan sesuatu (produk, tempat, atau seorang tokoh)
- saat ingin memperlihatkan emosi (tampilkan image atau footage orang nangis saat menceritakan orang yang sedang menangis)
- saat menjelaskan konsep rumit yang bisa disederhanakan dengan bantuan visual
Kapan waktunya memberitahukan?
- saat menyampaikan suatu fakta
- saat memperkenalkan latar belakang atau backstory
- saat ingin menyampaikan perasaan (emosi tidak harus selalu diperlihatkan, tapi bisa diungkapkan)
- saat menjelaskan konsep non-visual
- saat menyampaikan ringkasan atau kesimpulan
Menyeimbangkan antara “show” dan “tell” membantu penonton untuk mudah mengerti, dan tidak cepat bosan.
Taktik 6 – Berikan Kejutan
Perhatian penonton yang melemah bisa diperkuat kembali dengan menghadirkan sebuah kejutan.
Untuk membuat penonton terkejut bukan berarti kita harus berteriak, atau memutar sound effect yang bikin jantungan. Tapi ada beberapa cara yang lebih sederhana:
- Mengajukan pertanyaan provokatif kepada audiens
- Menyuguhkan opini atau fakta yang menantang asumsi banyak orang
- Mengubah alur secara radikal (contoh: dari senang menjadi sedih)
- Menggunakan pattern interrupts di momen-momen tertentu
Taktik 7 – Pattern Interrupts
Menginterupsi suatu pola bisa memfokuskan kembali perhatian audiens yang mulai bosan.
Beberapa contoh pattern interrupts:
- Mengubah angle kamera
- Berpindah dari satu tempat ke tempat lain
- Berpindah fokus dari wajah ke B-Roll, dan sebaliknya
- Mengubah tempo dari cepat ke lambat, atau sebaliknya
- Mengubah background musik
- Menghentikan background music saat terjadi momen penting atau lucu
- Menampilkan teks, graphic, atau meme (hindari penggunaan meme yang terlalu sering dipakai)
Intinya saat pola yang sama mulai terasa membosankan, lakukan perubahan.
Taktik 8 – Buat Penonton Merasa Simpati
Jika audiens peduli dengan orang yang ada di video, mereka akan terus menonton karena merasa terhubung secara emosional.
Untuk membangun hubungan ini, kita harus mencari dulu alasan yang bisa membuat audiens merasa simpati.
4 alasan yang bisa membuat audiens merasa simpati:
- Kesulitan yang pernah atau sedang dirasakan
- Kekurangan yang dimiliki baik secara fisik, emosi, atau mental
- Pengalaman saat dipandang sebelah mata
- Sifat positif seperti rasa optimis, tidak egois, pengertian, dll
Jika orang yang ada di video mengalami salah satu kondisi di atas, maka kita memiliki alasan untuk membuat audiens merasa simpati.
Share cerita-cerita pengalaman pribadi jika memang berkaitan dengan apa yang dibahas di konten. Jangan takut untuk berbagi cerita tentang kekalahan dan kekurangan. Di sisi lain, tunjukkan juga empati kita dengan memahami situasi dan kondisi audiens.
Namun agar audiens benar-benar bersimpati, kita yang harus duluan membantu mereka (ingat value proposition di atas).
Audiens hanya akan bersimpati jika orang yang ada di video:
- dianggap penting, dan dianggap bisa membantu mereka
- mampu menunjukkan kemampuan dan kelebihannya
- atau memiliki karakter yang unik
Taktik 9 – Edit Dengan Kejam
Jangan merasa sayang jika bagian favorit kita ternyata bukanlah hal yang berguna bagi audiens. Fokus untuk memberikan yang terbaik buat penonton, bukan untuk diri kita sendiri.
Yang wajib dilakukan saat editing:
- Hapus semua bagian yang tidak memberikan nilai bagi penonton, walaupun kita suka bagian tersebut.
- Jika ada bagian atau kalimat yang terlalu repetitif, edit menjadi ringkas.
- Jika ada satu poin yang penjelasannya terlalu panjang, buat lebih ringkas agar viewer bisa move on ke bagian selanjutnya dengan cepat.
- Jika ada bagian yang kurang penting tapi harus tetap ditunjukkan, buat seringkas mungkin (contoh: perjalanan dalam video travel).
- Jika transisi dari satu bagian ke bagian lain terasa “loncat” dan membingungkan, tambahkan voice over untuk menjembatani hal tersebut.
- Pastikan tidak ada loncatan audio volume yang terlalu drastis.
- Gunakan teknik L-Cut & J-Cut agar transisi audio dari satu klip ke klip lainnya terdengar mulus.
Untuk teknik editing L-Cut & J-Cut, beserta teknik dasar cutting lainnya, pernah saya bahas di video ini:
Kesimpulan
Semua taktik yang dijelaskan di sini bisa diterapkan baik untuk konten panjang dan juga pendek. Mudah untuk dipraktekkan oleh pemula sekalipun, namun untuk benar-benar dikuasai, membutuhkan waktu dan banyak praktek.
Semakin sering kita berlatih dan melakukan evaluasi, maka kemampuan kita dalam mempertahankan perhatian penonton akan semakin tajam.
Belum Jadi Pelanggan Newsletter?
Bergabung dengan 3000+ anggota untuk belajar cara berkembang pesat di social media, dan membangun bisnis online menguntungkan dengan modal minim — 100% Gratis!
Kami tidak akan pernah mengirimi Anda Spam