Bagikan Kepada Teman:

Belum Jadi Pelanggan Newsletter?

Bergabung dengan 3000+ anggota untuk belajar cara berkembang pesat di social media, dan membangun bisnis online menguntungkan dengan modal minim — 100% Gratis!

Kami tidak akan pernah mengirimi Anda Spam

Social Media Adalah Permainan, Gini Caranya Menang!

Social media adalah game — sebuah playground di mana setiap konten dan engagement merupakan langkah menuju kemenangan (atau kekalahan).

Untuk memenangkannya, kita harus mengerti cara memainkannya dengan benar.

Namun yang sering membutakan … viralitas dan gamifikasi social media.

cara menang di social media

Angka views, likes, shares, dan lainnya, dirancang untuk membuat konten kreator semakin rajin mengejar viralitas secara buta. Angka-angka tersebut bagaikan score game yang harus terus dikejar.

Tanpa disadari, kreator bekerja keras HANYA untuk memperkaya platform social media.

Social media memanfaatkan pengguna agar platformnya menjadi ramai. Setiap pengguna adalah penikmat dan pembuat konten (walaupun hanya sebagian kecil yang membuat).

Tujuan utama social media adalah menarik banyak pengiklan (dan mendatangkan banyak cuan).

Jadi cara yang menurut saya tepat dalam bermain social media adalah Saling Memanfaatkan.

Yang sebaiknya kita lakukan …

Ikuti cara bermainnya TAPI dengan tujuan untuk “mencuri” keramaian tersebut. Dan sama seperti games, permainan social media memiliki beberapa level:

Level 1 – Saya Lagi Belajar

Level ini adalah fase yang sering membuat kita sedih.

Alasannya:

Kita bukan siapa-siapa dan belum bisa apa-apa.

Jadi wajar kalau yang lihat konten kita hanya segelintir orang saja.

Namun di level ini jangan memikirkan untuk jadi viral. Mengejar viralitas di fase ini hanya akan membuat kita kecewa. Yang sebaiknya dilakukan adalah menguasai dasar dari permainan social media.

Fokus pada dua hal ini:

  • Belajar membuat konten menarik, termasuk segi teknisnya (kamera, audio, editing, dll)
  • Mulai mencari tahu siapa target audiens

Untuk target audiens, bisa dimulai dengan mentarget orang yang serupa dengan diri kita. Contohnya kalau kita hobi motor, bisa posting konten untuk orang lain yang hobi motor.

Untuk platformnya, saya sendiri memulai di YouTube, sampai sekarang masih suka di YouTube. Tapi silahkan pilih yang lebih sesuai dengan jenis konten yang ingin dibuat.

👉 Jika lebih suka menulis … mulai di X atau LinkedIn

👉 Jika lebih suka video pendek … mulai di Reels, Shorts, atau TikTok

👉 Jika lebih suka video durasi panjang … bisa ikuti jalan saya

Tujuan utama di level ini untuk belajar dan membiasakan diri karena banyak yang harus dipelajari untuk bisa menjadi konten kreator handal.

pusing cari ide konten

Wajar kalau merasa kewalahan karena belum terbiasa. Ini sebabnya kita perlu membiasakan diri terlebih dahulu (dan tidak mengejar viralitas).

Setelah terbiasa membuat konten …

Mulai Belajar Cara Bermain Untuk Menang

Pelajari postingan para pesaing yang berhasil dan analisa apa yang mereka lakukan:

  • Formatnya seperti apa (vlog, challenge, reaksi, tutorial)?
  • Bagaimana dengan topik dan anglenya (trending, evergreen, menantang asumsi)?
  • Keunikan apa yang membuat konten tersebut berbeda dari pesaingnya (gaya editing, personality, storytelling)?

Bukan untuk ditiru, tapi untuk membongkar kerangka serta polanya.

Yang saya follow atau subscribe biasanya akun-akun yang memiliki kemiripan niche atau topik. Tapi saya tidak hanya mengikuti akun besar saja. Saya mengikuti juga akun kecil yang sedang menanjak.

Hanya mempelajari strategi konten akun besar itu kadang bikin kita buta.

Akun besar yang sudah punya banyak followers/subscribers, brandingnya sudah terbangun. Penggemarnya bias dan mereka bakal tetap menyukai kontennya walaupun bukan sesuatu yang spesial.

Di sisi lain, konten yang memiliki performa bagus dari akun kecil bisa memberikan kita banyak bocoran.

Level 2 – Saya Mulai Membangun

Membangun komunitas merupakan fondasi kuat agar kita bisa bertahan dalam waktu yang lama.

Audiens yang baru menemukan konten kita harus dikonversi menjadi audiens loyal. Disini kita tetap tidak mengejar viralitas, tapi membangun strategi konten dengan menggunakan SAP framework.

SAP framework terdiri dari:

  • Searchable content
  • Authority content
  • Personal content

Dengan framework ini target audiens akan berubah dari dingin menjadi hangat, lalu menjadi loyal.

Searchable Content

Ini adalah jenis konten yang bisa membuat kita mulai ditemukan oleh target audiens.

Untuk jenis konten ini kita bisa memanfaatkan beberapa hal:

  • Kata kunci yang sering dicari dan memiliki kompetisi rendah (khusus YouTube)
  • Topik trending yang berkaitan (merek, events, tempat, aktivitas, dll)
  • Nama orang terkenal atau lagi trending

Sebagai contoh …

Jika saya adalah seorang fitness coach:

  • Saat ChatGPT trending, saya akan membuat konten cara menggunakan ChatGPT untuk membuat jadwal latihan efektif.
  • Saat bulan puasa, saya akan membuat konten tips nutrisi dan latihan di bulan puasa.
  • Saat ada film dari aktor berbadan kekar yang trending, saya akan membuat konten breakdown latihan otot yang dilakukan aktor tersebut.

Apapun yang kita manfaatkan harus cocok dengan target audiens dan memiliki value untuk mereka.

Authority Content

Jangan terlena dengan membuat konten trending saja. Kita juga harus membangun brand dan mengkonversi audiens baru menjadi audiens reguler.

Untuk jenis konten ini, buat yang mendemonstrasikan kemampuan atau wawasan kita secara mendalam.

Jadi tanyakan dulu hal ini kepada diri kita:

Sebagai apa kita ingin dipandang oleh target audiens?

Dalam kata lain, authority content adalah sesuatu yang membuat kita diakui sebagai ahli di bidangnya.

Ini tidak selalu berhubungan dengan edukasi, tapi menunjukkan kalau kita benar-benar tahu apa yang kita bicarakan atau lakukan.

Jenis konten ini bisa membangun kepercayaan lebih kuat dengan target audiens.

Personal Content

Plagiarisme sangat sering terjadi di social media.

Konten yang dibuat dengan menggunakan AI semakin banyak.

Semakin hari tingkat kompetisi semakin cepat meningkat.

Bagaimana caranya agar kita tidak tersingkir?

Satu hal yang sulit ditiru adalah … diri kita sendiri

  • Semua pengalaman dan cerita yang pernah kita lalui
  • Suka dan duka yang pernah kita rasakan
  • Kelebihan dan kekurangan diri kita
  • Hal berharga, termasuk akses, yang kita miliki

Jangan takut untuk menonjolkan diri kita yang sebenarnya untuk menjadi unik.

Namun konten ini tetap harus cocok dengan target audiens. Jangan pilih topik yang terlalu random atau tidak bernilai di mata target audiens.

Contohnya di channel Last Minute Creator, saya tidak akan membuat konten personal lagi makan bakso langganan saya (kecuali sambil ngomongin bisnis online).

3 Jenis Konten Ini Bisa Overlap

strategi konten social media

Ada kalanya kita menemukan satu ide konten yang bisa menyatukan ketiganya.

Bukan hal yang sering terjadi tapi saat menemukan maka konten akan menjadi unik dan sulit direplikasi oleh kompetitor.

Namun yang terpenting adalah terus menambah 3 jenis konten tersebut secara konsisten. Semakin bertumpuk, semakin bagus. Tingkat kecepatan pertumbuhan akan semakin meningkat.

Bagaimana dengan konten tanpa wajah?

Jawabannya tergantung …

Jika tidak bertujuan untuk membangun personal branding, maka jenis konten personal terpaksa dilewati.

Namun jika bertujuan membangun personal branding, tanpa menunjukkan wajah pun kita bisa tetap berbagi cerita personal untuk membangun koneksi dengan audiens.

Branding dipengaruhi juga oleh kualitas, cara penyampaian, gaya editing, dll.

Level 3 – Saya Mau Pindahan

Mencapai level ketiga ini sulit sekali, jika hanya mengandalkan satu platform lalu kehilangan, maka semua pengorbanan menjadi sia-sia.

Ini yang penting untuk dicatat …

Audiens di social media HANYA audiens pinjaman!

Kita tidak pernah benar-benar memilikinya, semua audiens tersebut adalah milik platform.

  • Akun kita bisa hilang atau di ban seketika tanpa peringatan
  • Hacker tidak segan untuk mencuri akun kita
  • Algoritma sering berubah dan mendikte rekomendasi.

Jadi setelah semua proses di level kedua lancar, jangan tunggu punya ratusan ribu atau jutaan followers dulu untuk melakukan pindahan.

Pindah disini bukan meninggalkan, lebih tepatnya menambah properti digital.

Akun social media yang pertama kita bangun tetap kita kelola dan update. Dan sebagai langkah awal, bisa mulai bercabang ke platform social media lain.

Namun yang paling ideal … bawa audiens ke website milik kita sendiri!

Tidak perlu website yang harus dibangun dengan mahal. Landing page dengan form pendaftaran newsletter saja sudah cukup. Mirip dengan apa yang saya lakukan sekarang.

Website bisa dibuat dengan CMS seperti WordPress tanpa harus coding. Pengiriman newsletter bisa menggunakan email platform seperti BirdSend (kebetulan punya saya 😄).

Namun jika belum siap buat website, setidaknya buat grup di Discord atau Telegram dan bawa mereka kesana.

Jangan gunakan social media sebagai markas utama, melainkan hanya sebagai sumber traffic.

Catatan Penting

Saat memperlebar sayap, kita harus bekerja lebih keras.

Untuk menghindari burnout, prioritaskan aktivitas yang memberikan dampak besar dan bersifat urgent. Sedangkan pekerjaan yang tidak urgent bisa dijadwalkan untuk dikerjakan di waktu yang lain.

Kita harus cukup pintar dalam mengelola waktu dan tenaga.

Pekerjaan penting yang tidak wajib kita lakukan sendiri bisa didelegasikan kepada orang lain. Contohnya dengan menyewa video editor atau asisten yang bisa mengerjakan tugas-tugas sepele (upload, balas komen, atur jadwal shooting, dll).

Manfaatkan juga AI dan automation tools untuk mengotomatiskan tugas-tugas yang membosankan. Hal ini membantu menghemat pengeluaran sehingga kita tidak harus menyewa orang terlalu banyak.

Jadi sangat krusial untuk memiliki sistem dalam mengelola waktu, tenaga, dan pikiran.

Belum Jadi Pelanggan Newsletter?

Bergabung dengan 3000+ anggota untuk belajar cara berkembang pesat di social media, dan membangun bisnis online menguntungkan dengan modal minim — 100% Gratis!

Kami tidak akan pernah mengirimi Anda Spam

Bagikan Kepada Teman:
Scroll to Top