Bagikan Kepada Teman:

Belum Jadi Pelanggan Newsletter?

Bergabung dengan 3000+ anggota untuk belajar cara berkembang pesat di social media, dan membangun bisnis online menguntungkan dengan modal minim — 100% Gratis!

Kami tidak akan pernah mengirimi Anda Spam

Kematian Follower Social Media

Rahasia Bikin Video Keren Dengan Cepat!

Sering menghabiskan waktu berjam-jam ngedit video, tapi hasilnya tetap terlihat biasa-biasa saja?

Dengan asset pack komplit ini, tidak perlu repot lagi! Dirancang khusus untuk membantu mengedit lebih cepat dan meningkatkan kualitas video. Dari motion graphics hingga sound effects, semua tersedia untuk langsung digunakan.

Hemat waktu, tingkatkan kualitas, dan buat video keren dengan mudah.

Download Sekarang

Para follower di social media itu telah mati!

Terdengar seperti sebuah tragedi, namun itulah yang dibahas Jack Conte pada konferensi SXSW 2024 dengan judul keynote “Death of the Follower & the Future of Creativity on the Web.”

Siapa Jack Conte? Apa maksudnya kematian follower?

Kematian followers social media

Setelah menonton rekaman keynote tersebut, apa yang dibicarakan oleh Conte ternyata penting untuk dipahami oleh semua konten kreator.

Penting karena mempengaruhi tingkat pendapatan yang bisa didapat oleh konten kreator.

Akhir Dari Era Keemasan Follower Social Media

Pernah gak merasa kalau konten yang kita posting itu tidak sampai ke semua follower?

Itulah akar permasalahan yang diperbincangkan Jack Conte.

Apa yang di maksud Conte dengan “death of the follower” adalah matinya konsep follower seperti yang kita kenal.

Jack Conte adalah CEO dan co-founder Patreon, sebuah platform monetisasi konten kreator untuk menjual produk digital dan keanggotaan berbayar.

Jack Conte at SXSW 2024
Jack Conte di SXSW 2024

Dia menjelaskan bahwa algoritma social media kini menjadi penghalang bagi konten kreator dalam menjangkau audiens mereka.

Yang terjadi seperti ini …

Walaupun seorang kreator memiliki jutaan follower, bukan berarti kontennya akan disampaikan kepada semua follower tersebut oleh algoritma.

Sebelum membangun Patreon, Conte adalah seorang musisi yang membuat konten di YouTube. Dia memahami betul perjuangan kreator dalam mendapatkan dukungan finansial untuk karya mereka.

Di akhir tahun 2000an, social media sangat membantu seniman dan kreator dalam menunjukkan karya mereka ke hadapan banyak orang, khususnya para follower.

Namun kondisi tersebut tidak bertahan lama.

Setelah tahun 2010, sistem ranking berdasarkan perolehan engagement mulai diperkenalkan. Beberapa tahun setelah itu berubah lagi, dan hingga saat ini algoritma social media telah mengalami banyak perubahan.

Algoritma kini memegang kendali dalam melejitkan atau mengubur konten yang kita posting, terlepas dari jumlah follower yang kita miliki.

Jack Conte pun menjadi salah satu konten kreator yang terkena imbasnya. Ia mengalami kesulitan dalam menjangkau follower-nya sendiri.

Social media melakukan personalisasi dengan menyuguhkan konten-konten yang diprediksi bakal disukai oleh penonton. Tapi, konten-konten yang direkomendasikan sering kali tidak datang dari akun yang kita follow.

Algoritma sering kali hanya merekomendasikan konten yang dianggap “layak viral.”

Akibatnya untuk konten kreator:

  • Follower atau subscriber kini hanya menjadi angka di profil, tanpa banyak nilai praktis.
  • Tidak hanya berkompetisi dengan kreator lain dari satu niche, tapi dengan semua konten kreator untuk masuk ke FYP atau beranda.
  • Pemula harus bersaing dengan influencer dalam merebut perhatian penonton.

Sayangnya, banyak kreator yang masih terjebak dalam perlombaan mengejar angka follower — padahal sekarang sudah tidak terlalu penting.

Masa Depan Konten Kreator (Jika Ingin Meningkatkan Pendapatan)

Pada tahun 2013, Jack Conte dan Sam Yam meluncurkan Patreon.

Patreon adalah solusi untuk konten kreator yang ingin menyuguhkan karya-karyanya kepada pengikut, TANPA campur tangan algoritma social media. Konten kreator bisa meluncurkan keanggotaan berbayar dan mengatur iuran bulanannya secara fleksibel.

Tapi Patreon bukan satu-satunya solusi, masih banyak cara lainnya.

Di keynote SXSW, Conte berpendapat bahwa konten kreator harus berusaha mengembangkan basis true fans. Dia menganjurkan untuk merancang bisnis pembuatan konten agar bergantung pada model direct-to-fan daripada model periklanan. Dan ya, konten adalah bisnis.

Apa itu true fans dan direct-to-fan model?

True fans adalah penggemar sejati atau penggemar berat, sementara follower itu belum tentu menjadi penggemar sejati. Namun untuk memiliki penggemar sejati, kita harus memiliki dulu follower. Dan untuk memiliki follower, kita harus menjangkau dulu audiens baru.

Hierarkinya seperti ini:

Creator funnel
via Jack Conte SXSW 2024

Ini berarti, konten kreator masih harus mendistribusikan konten agar bisa ditemukan oleh audiens.

Social media itu sendiri belum mati. Sampai saat ini, masih menjadi tempat yang bagus untuk mendatangkan traffic. Hanya saja jangan terlalu fokus mengejar angka follower karena tidak bisa diandalkan secara jangka panjang.

Konten kreator membutuhkan platform kedua agar hubungan dengan penggemar sejati tidak terganggu oleh algoritma social media (direct-to-fan).

Beberapa opsinya:

  1. Komunitas – Gunakan Telegram, Discord, atau Whatsapp untuk membina hubungan lebih dekat dengan true fans. Platform seperti Mayar.id atau Tribelio.com bisa dimanfaatkan juga untuk membuat keanggotaan berbayar dengan mudah.
  2. Email Newsletter: Ini adalah salah satu cara terbaik untuk berkomunikasi langsung dengan audiens tanpa gangguan algoritma. Tidak seperti follower social media, data pelanggan newsletter itu menjadi milik kita.
  3. Website: Konten kreator bisa melakukan banyak hal dengan website — menjangkau audiens baru melalui SEO, menerima pendaftaran email, membangun komunitas, menjual produk digital, dll.

Setidaknya pilih salah satu opsi di atas agar kita tidak selalu bergantung pada algoritma social media.

Kesimpulan

Meninggalkan konsep “follower” sebagai tolak ukur kesuksesan mungkin bukan langkah yang mudah, tetapi perlu dilakukan. Kita, para kreator, harus mulai berfokus pada membangun hubungan langsung dengan penggemar sejati kita.

Mulailah dengan mempertanyakan:

  • Siapa fans sejati saya?
  • Apa yang benar-benar mereka butuhkan?
  • Bagaimana saya bisa memberikan nilai lebih kepada mereka tanpa intervensi algoritma?

“The death of the followers” bukan berarti akhir dari segalanya, namun jangan hanya mengandalkan social media.

Platform social media mengambil keputusan demi kepentingan terbaik bisnisnya, yang mungkin tidak sejalan dengan kepentingan kita sebagai konten kreator. Jadi kita harus merancang sebuah bisnis konten yang bisa bertahan tanpa bergantung pada social media.

Untuk lebih memahami, saya sarankan untuk mempelajari konsep creator funnel yang pernah saya jelaskan di masa lalu.

Belum Jadi Pelanggan Newsletter?

Bergabung dengan 3000+ anggota untuk belajar cara berkembang pesat di social media, dan membangun bisnis online menguntungkan dengan modal minim — 100% Gratis!

Kami tidak akan pernah mengirimi Anda Spam

Bagikan Kepada Teman:
Scroll to Top