Bagikan Kepada Teman:

Belum Jadi Pelanggan Newsletter?

Bergabung dengan 3000+ anggota untuk belajar cara berkembang pesat di social media, dan membangun bisnis online menguntungkan dengan modal minim — 100% Gratis!

Kami tidak akan pernah mengirimi Anda Spam

Kenapa 99% Konten Kreator Gagal (dan Bagaimana Menghindarinya)

Frustrasi.

Itulah akibat dari sulitnya mendapatkan view walaupun sudah berjuang habis-habisan.

Pertanyaan yang terlintas di pikiran:

  • “Apakah algoritma platform memusuhi saya?”
  • “Apakah saya kurang menarik untuk tampil di social media?”
  • “Kenapa banyak konten bodoh bisa viral sementara yang lain hampir tidak diperhatikan?”

99% kreator berpikir kalau untuk bisa berkembang di social media itu harus mengakali algoritma.

Padahal, algoritma hanya membaca sinyal dari para pengguna.

Tujuan algoritma: menjaga pengguna untuk bertahan selama mungkin agar bisa menampilkan iklan sebanyak-banyaknya.

Dan cara terbaik untuk mempertahankan mereka …

Mencekoki pengguna dengan konten yang relevan dan menarik buat mereka.

Jadi kalau ditanya kenapa banyak konten bodoh yang viral, itu karena banyak audiens yang memang menyukai konten bodoh.

Bagi platform social media, konten yang menarik banyak perhatian adalah konten yang menghasilkan banyak uang.

Untuk membangun audiens di social media, kuncinya terletak pada pemahaman Attention Economy.

Attention economy didasarkan pada gagasan bahwa perhatian manusia adalah sumber daya yang langka dan berharga.

Sama seperti uang, perhatian itu terbatas!

Itu sebabnya di jaman sekarang perhatian dianggap sebagai mata uang.

Untuk bisa berkembang di social media kita harus cara melakukan tiga hal ini:

  • Menangkap Perhatian
  • Mempertahankan Perhatian
  • Mengkonversi Perhatian

Mari kita bahas satu per satu.

Menangkap Perhatian

Saat baru mulai membangun audiens itu kesabaran kita benar-benar diuji.

Sebabnya, algoritma memberikan rekomendasi secara perlahan. Jumlah audiens setia yang kita miliki mempengaruhi jumlah rekomendasi awal yang diberikan. Ketertarikan dan interaksi yang mereka berikan mempengaruhi jumlah rekomendasi selanjutnya.

Jika audiens setia ternyata kurang suka, algoritma akan menganggap kontennya kurang layak untuk direkomendasikan lagi.

Di TikTok kondisinya sedikit berbeda — algoritmanya lebih dermawan dalam memberikan rekomendasi kepada audiens baru. Tapi yang dinilai sama saja, perhatian dan interaksi yang diberikan oleh audiens tersebut.

2 tipe audiens yang harus kita tangkap perhatiannya:

  • Audiens yang belum tahu keberadaan kita (baru)
  • Audiens yang sudah tahu keberadaan kita (lama)

Rekomendasi akan terasa sangat lambat jika audiens lama dan baru sama-sama tidak tertarik.

Setiap membuat konten baru, upayakan untuk menarik perhatian dua tipe audiens tersebut dengan melakukan strategi-strategi berikut:

Temukan Content Gap

Content gap adalah konten spesifik yang diinginkan banyak penonton tapi persediaan akan konten tersebut belum terlalu banyak.

Sebagai contoh, akun-akun review ramai membahas kehebatan produk A. Ini bisa jadi tanda kalau produk A mungkin sedang digemari. Kita bisa mengetahuinya dengan melihat performa dari video-video yang ada.

Jika kita menyusul membuat konten dengan angle sama dengan kebanyakan, kemungkinan konten kita tidak akan terlalu ramai.

Bagaimanapun, audiens akan merasakan titik jenuh terhadap konten-konten serupa jika jumlahnya sudah terlalu banyak.

Salah satu solusinya … temukan angle baru.

Misalnya kita menemukan bahwa produk A ternyata memiliki kekurangan fatal. Jika hanya sedikit konten yang menggunakan angle tersebut, maka angle tersebut memiliki potensi untuk menjadi content gap.

Jika rata-rata konten yang ada memiliki performa bagus, maka bisa dikonfirmasi bahwa angle tersebut adalah content gap.

Karakteristik content gap selain angle

Berikut ini adalah dua video YouTube dari channel berbeda yang memiliki topik dan angle sama:

Video pertama memiliki view lebih kecil padahal datang dari channel dengan subscriber lebih besar. Judul sama persis dan thumbnailnya hanya mengalami sedikit modifikasi.

Perbedaan yang sangat kentara … ada pada durasi video.

Untuk topik video di atas, content gap terjadi karena penonton lebih memilih video dengan penjelasan lebih panjang. Tapi untuk topik lain, ada kalanya penonton menginginkan penjelasan yang lebih pendek.

Contoh di atas menandakan bahwa content gap tidak harus selalu berdasarkan topik trending, tapi bisa terjadi karena angle, durasi, atau format yang berbeda.

Sasar Emosi Audiens

Ada kalanya kita kesulitan untuk menemukan content gap.

Jika ini terjadi, maka kita harus berani mencoba topik atau angle baru, walaupun tidak ada kepastian bahwa itu adalah content gap.

Untuk meningkatkan potensi keberhasilan di saat tidak menemukan content gap …

Gunakan emosi sebagai angle.

Seringkali yang mampu menarik perhatian orang itu adalah hal yang beresonansi dengan emosi.

Konten yang memicu rasa takut, gembira, atau terkejut menarik perhatian kita secara natural. Ini sebabnya kenapa konten bodoh banyak ditonton — karena lucu untuk ditertawakan.

Menurut seorang psikologis ternama, Abraham Maslow, kebutuhan manusia itu terbagi menjadi 5 kategori:

Disadari atau tidak, keputusan yang dibuat manusia terdorong oleh salah satu kategori kebutuhan di atas.

Yang saya sarankan di sini bukan untuk memanipulasi target audiens, tapi membangun koneksi.

Jadi saat tidak menemukan content gap, setidaknya konten yang kita buat bisa membantu target audiens dalam memenuhi kebutuhan tersebut.

Jaga Konsistensi

Seperti yang saya jelaskan di atas, algoritma akan merekomendasikan konten baru kepada audiens setia terlebih dahulu. Mereka menjadi setia karena menyukai konten-konten kita terdahulu.

Jadi saat kita mempublikasikan konten baru, mereka akan memiliki ekspektasi yang sama.

Yang harus kita jaga agar audiens lama mau kembali:

  • Kualitas: boleh ditingkatkan asal jangan menurun.
  • Konsep dan premis: topik dan angle boleh berganti-ganti agar audiens tidak bosan. Namun harus cocok dengan konsep dan premis utama yang telah ditentukan.

Saat menemukan content gap, sesuaikan dulu dengan konsep dan premis agar konten bisa menarik perhatian audiens lama dan baru.

Apa pun ide yang kita miliki harus disesuaikan dengan konsep dan premis, dan dijaga kualitasnya. Walaupun idenya tidak berdasarkan content gap, setidaknya audiens lama akan ada yang menyukainya. Itulah inti dari menjaga konsistensi.

Btw, cara menentukan konsep dan premis utama pernah saya bahas di edisi masa lalu.

Buat Kemasan Yang Menarik

Judul dan thumbnail itu adalah kemasan untuk suatu video durasi panjang di YouTube.

Semua yang terlihat di beranda atau halaman penelusuran saling berperang dalam merebut perhatian penonton. Menemukan ide konten yang bagus saja tidak cukup karena harus disampaikan dengan baik melalui judul dan thumbnail.

Menulis judul yang menarik itu dibutuhkan penjelasan tersendiri, tapi ini beberapa tipsnya:

  • Jelas dan mudah dimengerti. Penonton harus bisa menangkap manfaat atau merasakan emosi yang disampaikan dalam waktu cepat.
  • Tulis judul video untuk penonton baru dan lama. Judul yang hanya dimengerti oleh penonton lama belum tentu bisa dimengerti oleh penonton baru.
  • Upayakan berada di bawah 60 karakter. Judul yang terlalu panjang akan dipotong oleh YouTube sehingga penonton sulit mengartikannya secara utuh.
  • Hindari segmentasi pada judul. Terlalu banyak menggunakan strip (-) atau pipe (|) hanya membuat judul video sulit untuk dimengerti.
  • Hindari penggunaan ALL CAPS. Menulis judul dengan huruf besar semua malah bikin susah dibaca karena terlihat rata seperti blok. Tidak ada kontras antara huruf besar dan huruf kecil.
  • Gunakan huruf besar untuk huruf pertama dari setiap kata.

Saat menemukan ide konten baru, tulis dulu beberapa draft judul dan coba buat semenarik mungkin. Jika kesulitan menemukan judul yang menarik, kemungkinan ide kontennya memang tidak menarik.

Bagaimana membuat thumbnail yang menarik perhatian?

Pelajari judul & thumbnail video-video viral dari channel yang memiliki target audiens sama atau mirip. Bukan untuk ditiru, tapi hanya sebagai sumber inspirasi.

3 faktor yang membuat thumbnail menjadi menarik:

  1. Menonjol. Penggunaan warna terang, kontras antara foreground dan background, ekspresi wajah, atau benda aneh bisa membuat mata audiens tertuju pada thumbnail.
  2. Kejelasan. Penonton tidak akan tertarik jika thumbnail sulit untuk dimengerti. Atur sedemikian rupa agar mudah dimengerti dan memperjelas apa yang ada di judul. Tidak perlu menampilkan hal-hal yang tidak relevan pada thumbnail.
  3. Daya tarik. Apakah menawarkan sesuatu yang baru, konflik, risiko, atau wawasan bernilai?

Tidak perlu khawatir jika design thumbnail tidak terlalu bagus, tapi pastikan thumbnailnya memiliki tiga elemen di atas.

Perkuat Perhatian Dengan Hook

Hook pada dasarnya adalah opening atau intro yang menarik — sangat penting dalam menarik perhatian di semua platform social media. Begitu videonya dimulai, jangan buang waktu penonton, tapi langsung masuk ke hook.

Beberapa elemen hook:

  • Pembukaan kuat – Gunakan open-ended question, fakta mengejutkan, atau pernyataan yang menantang asumsi.
  • Value proposition – Nyatakan atau visualisasikan dengan jelas apa yang akan diperoleh penonton. Apakah mereka akan mendapatkan informasi baru, hiburan, atau solusi untuk suatu masalah?
  • Open loop – Berikan petunjuk tentang hal menarik yang akan terjadi selanjutnya. Tapi informasinya jangan langsung diberikan secara lengkap. Buat mereka penasaran, atau timbulkan pertanyaan di benak mereka.

Untuk video pendek, hook harus berdurasi sekitar 3-5 detik saja. Kalau terlalu lama, penonton akan skip dan scroll ke video selanjutnya. Sedangkan untuk video panjang, durasi hook sekitar 10-30 detik.

Cara membuat hook menarik untuk video panjang YouTube pernah saya jelaskan melalui video ini:

Mempertahankan Perhatian

Pada titik ini perhatian penonton sudah tertangkap dan menjadi lebih kuat. Tapi, apakah mereka bakal bertahan sampai video berakhir?

Beberapa teknik dalam mempertahankan perhatian penonton:

  • Storytelling – Ini paling penting karena pada dasarnya manusia itu suka mendengarkan cerita menarik. Dalam konten edukasi, penggunaan cerita pendek bisa diselipkan agar penjelasannya lebih menarik.
  • Resonansi emosional – Membahas sesuatu yang relate dengan selipan humor atau hal yang menginspirasi bisa membuat penonton mau bertahan.
  • Segmentasi – Untuk video panjang YouTube harus dibagi menjadi beberapa segmen pendek agar penonton tidak cepat bosan. Tiap segmen harus memiliki daya tariknya tersendiri.
  • Pattern Interrupt – Interupsi pola pada video agar penonton bisa terfokus kembali. Dari visual pindah ketulisan (atau sebaliknya), atau dari pacing lambat ke cepat. Perubahan lain seperti angle kamera, lokasi, sound effect, dan bahkan meme sangat membantu dalam mengubah suasana.

Mengkonversi Perhatian

Saat perhatian audiens mampu dipertahankan, walaupun cuma sebagian, beberapa dari mereka bakal ada yang mau follow atau subscribe. Namun untuk mempengaruhi lebih banyak, kuncinya adalah konsisten.

Dibutuhkan waktu untuk benar-benar meyakinkan orang. Ini sebabnya saya jarang minta subscribe tapi lebih sering mengajak audiens untuk melihat konten lainnya. Jika kita konsisten dengan kualitas konten yang ditawarkan, maka kepercayaan akan terbangun.

Membangun kepercayaan itu sangat penting untuk bisa bertahan lama sebagai konten kreator.

Terdapat 3 jenis konversi yang harus dimengerti oleh seorang konten kreator:

  1. Konversi audiens baru menjadi audiens reguler, lalu menjadi audiens setia.
  2. Konversi audiens untuk follow akun social media kita lainnya, join ke group, atau daftar ke newsletter (membangun ekosistem).
  3. Konversi audiens untuk menjadi pembeli, baik dengan menawarkan produk affiliate atau milik sendiri.

Apa yang dijelaskan disini bukan ilmu magis yang bisa membuat konten jadi viral dalam seketika. Tapi sebuah framework yang bisa digunakan dalam memperbaiki strategi konten dan membangun audiens.

  • Sulit dalam mencapai jumlah view yang diinginkan? Asah kemampuan dalam menangkap perhatian.
  • Sulit membangun audience atau menambah jam tayang? Asah kemampuan dalam memperkuat serta mempertahankan perhatian.
  • Sulit memperbesar penghasilan? Asah kemampuan dalam mengkonversi penonton.

Mengkonversi perhatian ini adalah salah satu bagian penting dari strategi monetisasi. Untuk dikuasai tentunya harus dipelajari dan dipraktekkan secara bertahap dengan melakukan iterasi.

Belum Jadi Pelanggan Newsletter?

Bergabung dengan 3000+ anggota untuk belajar cara berkembang pesat di social media, dan membangun bisnis online menguntungkan dengan modal minim — 100% Gratis!

Kami tidak akan pernah mengirimi Anda Spam

Bagikan Kepada Teman:
Scroll to Top