Belum Jadi Pelanggan Newsletter?
Bergabung dengan 3000+ anggota untuk belajar cara berkembang pesat di social media, dan membangun bisnis online menguntungkan dengan modal minim — 100% Gratis!
Kami tidak akan pernah mengirimi Anda Spam
Langkah Penting INI Sering Dilewatkan Kreator Pemula
Seorang marketer legendaris, Gary Halbert, pernah bertanya kepada murid-muridnya:
“Jika Anda memiliki kedai burger, keuntungan apa yang paling Anda inginkan?”
Jawaban mereka beragam — ada yang bilang “lokasi strategis,” “daging sapi berkualitas,” bahkan ada yang menyebut “roti burger bebas gluten.”
Tapi Gary Halbert punya jawaban berbeda. Ia hanya menginginkan satu hal: Starving Crowds (kerumunan orang yang lapar).
Tanpa orang-orang yang benar-benar menginginkan burger, sebuah kedai akan sepi pembeli, meskipun rasa dan kualitasnya luar biasa. Inilah prinsip dasar dalam sales & marketing.

Konsep ‘Starving Crowds’ Dalam Social Media
Saat membangun channel YouTube atau media sosial lainnya, kita juga harus mengidentifikasi starving crowds untuk jenis konten yang kita buat.
Pertanyaannya …
Apakah ada banyak orang yang benar-benar “lapar” dengan konten kita?
Sayangnya, banyak kreator pemula tidak mempertanyakan hal ini. Mereka sering membuat konten secara random atau berdasarkan perasaan (feeling) saja.
Akibatnya?
Sulit mendapatkan audiens yang loyal.
Ada juga yang sekadar meniru konten kreator lain tanpa memahami kenapa konten tersebut bisa sukses. Hasilnya, konten mereka tidak memiliki daya tarik unik.
Cara Menentukan ‘Starving Crowds’ Yang Tepat
Menemukan audiens yang tepat adalah langkah paling penting dalam perjalanan seorang kreator.
Mari kita lihat salah satu channel besar di Indonesia, yaitu GadgetIn.

Dari analisis saya, ada beberapa hasrat utama penonton GadgetIn:
- Mencari gadget berkualitas dengan harga terjangkau
- Menghindari kesalahan beli gadget yang overpriced
- Menemukan jawaban saat bingung memilih gadget
GadgetIn selalu memenuhi keinginan audiensnya. Itulah kenapa perkembangannya sangat pesat.
Sebagai kreator, kita juga harus mencari tahu apa yang benar-benar diinginkan audiens kita.
Beberapa hal yang bisa kita lakukan:
- Meneliti konsep dan format konten yang mereka sukai
- Mengidentifikasi topik yang sering mereka cari
- Menemukan pemicu emosional yang membuat mereka merasa relate dengan konten kita
Bagaimana Menemukan Hasrat Utama Target Audiens
Untuk mengetahui apa yang paling diinginkan audiens, tanyakan hal-hal berikut:
Siapakah target audiens yang ideal?
Usia, gender, minat, profesi, dan kebiasaan mereka? Ini penting agar konten kita berbicara langsung kepada mereka.
Apa saja masalah-masalah yang mereka hadapi?
Cek komentar di media sosial, forum, atau grup komunitas untuk memahami tantangan mereka.
Apa pemicu emosional mereka?
Orang lebih mudah terhubung dengan konten yang menyentuh emosi mereka. Apakah mereka takut gagal? Takut ketinggalan? Ingin sukses lebih cepat?
Apa solusi yang sudah mereka coba tapi gagal?
Apakah mereka kekurangan informasi, motivasi, atau sumber daya? Ini akan membantu kita menawarkan solusi yang lebih baik.
Apa sudut pandang unik yang bisa kita tawarkan?
Konten kita harus punya nilai tambah dibanding konten yang sudah ada. Jangan hanya meniru — ciptakan pendekatan baru.
Studi Kasus: Kesuksesan MrBeast dan ‘Starving Crowds’
YouTuber terbesar di dunia saat ini, MrBeast (Jimmy Donaldson), juga mengalami perjalanan panjang sebelum sukses.

Jimmy Donaldson memulai YouTube di usia 13 tahun tanpa arah yang jelas.
Ia pernah membuat video gameplay, menghitung kekayaan YouTuber, hingga memberi tips tentang algoritma YouTube. Format kontennya pun berubah-ubah.
Setelah 2 tahun, ia baru mendapatkan 1.000 subscribers.
Titik Balik MrBeast
Jimmy pernah terobsesi dengan algoritma YouTube. Selama 5 tahun, ia berdiskusi setiap hari dengan sesama YouTuber kecil untuk membongkar rahasia viralitas.
Hingga akhirnya, ia menyadari satu hal penting: Algoritma hanya mencerminkan keinginan penonton.
Tahun 2017, channel-nya mulai meledak setelah ia membuat video menghitung dari 1 sampai 100.000. Saat itu, subscribernya masih 30 ribu. Namun, video tersebut viral dan menjadi titik baliknya.
Dari situ, MrBeast memahami bahwa audiensnya adalah remaja dan dewasa muda yang suka tantangan ekstrem dan aksi berskala besar. Sejak saat itu, ia fokus membuat konten yang memuaskan hasrat utama audiensnya.
Kesimpulan: Kenapa ‘Starving Crowds’ Itu Penting?
Jika ingin sukses sebagai kreator, kita harus berhenti menebak-nebak dan mulai mencari tahu apa yang benar-benar diinginkan audiens.
Dengan memahami starving crowds, kita bisa:
- Membuat konten yang lebih menarik dan relevan
- Meningkatkan engagement dan loyalitas audiens
- Memudahkan pertumbuhan channel atau akun media sosial kita
Jadi, sebelum membuat konten berikutnya, tanyakan pada diri sendiri: Apakah sudah ada kerumunan orang yang benar-benar lapar dengan konten ini?
Belum Jadi Pelanggan Newsletter?
Bergabung dengan 3000+ anggota untuk belajar cara berkembang pesat di social media, dan membangun bisnis online menguntungkan dengan modal minim — 100% Gratis!
Kami tidak akan pernah mengirimi Anda Spam