Belum Jadi Pelanggan Newsletter?
Bergabung dengan 4000+ anggota untuk belajar cara berkembang pesat di social media, dan membangun bisnis online menguntungkan dengan modal minim — 100% Gratis!
Kami tidak akan pernah mengirimi Anda Spam
Mimpi Besar Tanpa Rencana? Itu Cuma Khayalan …
Setiap akhir tahun, kita sering duduk, merenung, dan menuliskan resolusi baru. Semuanya terasa mungkin.
Tapi kenyataannya?
Sebagian besar orang mengalami kegagalan. Bukan karena kurang motivasi, melainkan karena kurang strategi.

Jadi, bagaimana caranya menetapkan tujuan yang benar-benar bisa kita capai?
Mari kita bahas dari SMART Goals, Anti-Goals, Non-Goals, hingga cara memecah tujuan besar menjadi langkah-langkah yang bisa dieksekusi.
SMART Goals: Fondasi Awal Yang Kuat
SMART Goals adalah formula klasik yang membantu kita menetapkan tujuan dengan jelas:
- Specific (Spesifik): Harus jelas dan tidak ambigu.
- Measurable (Terukur): Terdapat cara untuk mengukur tingkat kemajuan
- Achievable (Dapat Dicapai): Realistis dan sesuai kapasitas yang dimiliki.
- Relevant (Relevan): Selaras dengan tujuan hidup atau bisnis.
- Time-bound (Berbatas Waktu): Ada deadline yang jelas.
Contoh SMART Goals:
- Upload 30 video YouTube dan mencapai 100 ribu subscribers dalam setahun.
- Meningkatkan pendapatan bisnis hingga Rp 1 Miliar per tahun.
- Rata-rata berjalan 7.500 langkah per hari.
Tapi hanya mengandalkan SMART Goals tidak cukup. Kita perlu pagar pembatas agar tetap fokus.
Anti-Goals: Mencegah Keberhasilan Yang Beracun
Banyak orang yang berusaha untuk mencapai tujuan, hanya untuk menyadari bahwa mereka malah terjebak dalam kehidupan yang tidak mereka inginkan.
Mengejar pendapatan tinggi TAPI berakhir kelelahan? Membuat konten setiap hari TAPI kehilangan arah?
Inilah pentingnya Anti-Goals — batasan yang kita buat agar saat mencapai tujuan tetap sehat dan waras.
Contoh:
- Goal: Meningkatkan omzet hingga Rp 1 Miliar.
- Anti-Goal: Tidak mengorbankan profitabilitas dengan strategi pemasaran yang mahal dan tidak efisien.
- Goal: Upload 30 video YouTube.
- Anti-Goal: Tidak membuat video berdasarkan jadwal sponsor.
Anti-Goals membantu kita sukses tanpa mengorbankan kebahagiaan.
Non-Goals: Menjaga Fokus Dari Gangguan
Ambisius itu bagus. Tapi jika terlalu banyak tujuan, kita malah tidak bisa menyelesaikan apa pun.
Solusinya?
Buat daftar Non-Goals — hal-hal yang sebetulnya tidak ingin kita capai & inginkan atau bisa kita abaikan agar tidak bikin repot.
Contoh Non-Goals:
- Tidak akan menulis buku tahun ini.
- Tidak akan membangun produk SaaS baru.
- Tidak akan mengandalkan iklan berbayar sebagai strategi utama.
Menetapkan Non-Goals memberi kita izin untuk berkata “tidak” pada distraksi yang tidak membawa kita ke tujuan utama.
Pecah Tujuan Besar Jadi Lebih Masuk Akal
Banyak orang menetapkan tujuan besar yang sebenarnya butuh 5-10 tahun agar bisa tercapai.
Masalahnya? Mereka ingin hasilnya sekarang. Tentu hal ini sangat mustahil.
Jadi sebaiknya, pecahlah tujuan besar menjadi langkah-langkah yang realistis.
Caranya:
- Tetapkan Tujuan 5-10 Tahun → Misalnya: “Membangun bisnis digital dengan omzet Rp 5 Miliar per tahun.”
- Pecah Jadi Strategic Goal Tahunan → “Meningkatkan omzet dari Rp 50 juta ke Rp 150 juta tahun ini.”
- Buat Rencana Per Kuartal:
- Q1: Menyempurnakan produk digital dan meningkatkan pemasaran organik.
- Q2: Mengoptimalkan funnel penjualan dan mulai eksperimen iklan berbayar.
- Q3: Meluncurkan produk baru atau upsell untuk meningkatkan LTV pelanggan.
- Q4: Skalakan strategi yang berhasil dan lakukan evaluasi tahunan.
Dengan strategi ini, tujuan besar tidak terasa mustahil — karena kita sudah tahu apa yang harus dilakukan dalam jangka pendek.
Kapan Boleh Mengubah Tujuan?
Setahun itu adalah waktu yang lama, apalagi 10 tahun. Bisa saja di tengah jalan kita menyadari sesuatu: tujuan yang kita tetapkan ternyata tidak lagi relevan.
Tapi bukan berarti setiap kali lelah, kita boleh seenaknya mengubah rencana.
Alasan valid untuk mengubah tujuan:
- Terlalu banyak tujuan. Setelah berjalan beberapa bulan, ternyata perlu menyederhanakan fokus.
- Tidak lagi relevan. Prioritas berubah karena faktor eksternal atau perubahan visi pribadi.
- Ada trade-off yang lebih baik. Kadang, tujuan baru lebih baik daripada tujuan awal.
Sebelum mengubah tujuan, tanyakan ini:
- Apakah ada perubahan besar dalam hidup atau prioritas saya?
- Apakah ide baru ini lebih penting daripada yang sudah direncanakan?
- Apa yang akan saya korbankan jika menambahkan tujuan baru?
Jangan terjebak dalam siklus mengubah tujuan hanya karena bosan atau tidak sabar.
Goals Tanpa Aksi Hanya Sekadar Harapan
Menulis tujuan itu mudah. Mencapainya? Itu cerita lain.
Setiap tujuan harus punya eksekusi nyata.
Misalnya, ingin mendapatkan 10.000 follower Instagram baru:
- Setiap bulan, targetkan 1.000 follower baru.
- Gunakan strategi seperti konten trending, kolaborasi, atau lainnya yang tepat.
- Evaluasi setiap minggu dan sesuaikan strategi jika perlu.
Tanpa aksi konkret, tujuan hanya akan menjadi tulisan di kertas yang tidak pernah terwujud.
Kesimpulan
Menetapkan tujuan itu bukan sekadar menuliskan daftar keinginan.
Kita butuh strategi yang jelas, pagar pengaman seperti Anti-Goals, dan batasan fokus dengan Non-Goals. Lalu, pastikan tujuan besar yang dipecah menjadi langkah tahunan dan per kuartal agar bisa dieksekusi secara realistis.
Jangan cuma bermimpi. Buat sistem yang memastikan kita bisa benar-benar mencapainya.
Belum Jadi Pelanggan Newsletter?
Bergabung dengan 4000+ anggota untuk belajar cara berkembang pesat di social media, dan membangun bisnis online menguntungkan dengan modal minim — 100% Gratis!
Kami tidak akan pernah mengirimi Anda Spam