Bagikan Kepada Teman:

Belum Jadi Pelanggan Newsletter?

Bergabung dengan 3000+ anggota untuk belajar cara berkembang pesat di social media, dan membangun bisnis online menguntungkan dengan modal minim — 100% Gratis!

Kami tidak akan pernah mengirimi Anda Spam

Kenapa Tidak Perlu Mencari Niche Untuk Social Media

“Mau membuat konten tentang apa?”

Pertanyaan sederhana yang sering kali sulit untuk dijawab.

Jadi dalam kesempatan ini saya ingin membantu memilih secara langkah-demi-langkah (agar nantinya tidak salah langkah).

Arti Sebenarnya Dari Niche

Niche adalah segmen pasar tertentu untuk suatu produk atau jasa.

Semakin spesifik niche yang kita pilih, maka kita bisa lebih tahu kebutuhan-kebutuhan spesifik dari target audiens niche tsb.

Contoh:

  • Makanan (industri)
  • Resep makanan (niche)
  • Resep makanan sehat (sub-niche)
  • Resep makanan sehat untuk penderita diabetes (sub-sub-niche)

Niche down (menggali niche lebih dalam) sering kali dilakukan untuk menghindari tingkat persaingan yang terlalu tinggi.

Masalahnya …

Pangsa pasar jadi ikut mengecil, kadang terlalu kecil.

Tingkat kesulitan menjadi lebih tinggi jika pesaing terus bertambah, dan pasti akan bertambah.

Jadi kita harus melakukan banyak riset pasar terlebih dahulu.

Yang bisa menjadi ladang emas adalah saat kita menemukan niche dengan ukuran tidak kecil tapi hanya terdapat sedikit pesaing (jujur ini susah).

Untuk sementara waktu kita bisa menjadi penguasa niche tersebut.

Namun pihak lain akan mulai mencium keberadaannya, persaingan mulai meningkat, dan akan lebih celaka jika pesaing mampu menawarkan yang lebih baik.

Jika pada akhirnya tidak mampu bersaing, maka kita akan tenggelam.

Masalah Dengan Niche Yang Terlalu Mudah

Kondisinya bisa sebaliknya …

Kita mencium adanya niche baru yang menguntungkan dan mencoba meniru. Riset mendetil sudah dilakukan: permintaan lebih tinggi daripada persediaan dan kontennya mudah dibuat.

Secara sekilas, kita seolah-olah menemukan tambang emas.

Tapi kenyataan yang terjadi …

Gagal Total!

Kita tidak menyadari bahwa pada saat yang hampir sama, ribuan bahkan jutaan orang lainnya, ikut memasuki niche tersebut.

Dalam waktu singkat, persediaan di niche tersebut meningkat lebih tinggi melampaui permintaan.

Inilah problem dengan niche yang memiliki entry barrier terlalu rendah. Saking mudahnya hampir setiap orang bisa melakukannya dengan mudah.

Jika tidak bisa menawarkan yang terbaik, maka kita akan cepat tersingkir.

Di sisi lain, jika pemula memilih niche ramai yang dipenuhi kreator besar, dijamin bakal super kewalahan dan cepat menyerah.

Superman is confused

Bingung kan 😛?

Jalan Alternatif Yang Lebih Baik

Internet adalah tempat yang sangat bising dan sebagian besarnya bertumpuk di social media.

Selain gratis, siapapun di dunia ini bisa daftar dan jadi konten kreator. Ini sebabnya semakin hari semakin sulit bersaing di social media.

Saya akan bantu menemukannya dan tunjukkan juga beberapa contoh.

Langkah 1: Buat Daftar Kemampuan

Ini gabungan dari skill teknis, soft skill, dan wawasan yang sudah kita miliki saat ini.

Contohnya bisa sejarah, masak, tinju, shooting game, akunting, melawak, berlari cepat, merayu, atau lainnya.

Jadi temukan dulu minimal satu yang bisa kita lakukan dengan lumayan baik (tidak harus level master). Tidak perlu memikirkan dulu soal ukuran market, viral, atau profit. Catat dulu saja!

Masing bingung?

Coba lihat apa saja kegiatan, pekerjaan, atau hobi yang sering atau pernah dilakukan:

  • Sering menulis jurnal, cerita pendek, atau lagu? Mungkin punya bakat menulis.
  • Sering membuat orang lain terhanyut saat bercerita? Mungkin tahu storytelling.
  • Pernah menjadi juara lomba catur sekelurahan? Mungkin jago main gapleh 😛

Menurut saya kemampuan seorang IRT dalam memasak, beresin rumah, mendidik anak, dan mengurus suami adalah skill hebat. Wawasan tersebut bisa digunakan untuk membantu IRT lain melalui konten.

Langkah 2: Kenali Obsesi dan Ketertarikan

Ketertarikan disini bukan mimpi yang terlalu tinggi. Tapi sesuatu yang masuk akal untuk digapai, walaupun belum pernah dilakukan sebelumnya.

Obsesi membantu kita lebih termotivasi saat membuat konten atau membangun bisnis. Di saat menghadapi rintangan, kita tidak akan menyerah terlalu cepat.

Apakah suka:

  • nonton film sci-fi?
  • mancing?
  • naik gunung?

Kalau masih bingung:

  1. ingat kembali jenis konten dan topik yang sering kita konsumsi di internet.
  2. lihat juga trend yang sedang terjadi karena mungkin ada yang menarik buat kita.
  3. catat semua hal yang membuat kita penasaran (atau terobsesi).

Langkah 3: Cari Titik Temu Antara Kemampuan dan Ketertarikan

Mike Shake adalah YouTuber asal Italia yang sempat saya perhatikan karena konten-konten yang ia buat cukup unik. Channelnya saat ini memiliki 3,8 juta subscribers.

Kemampuan Mike Shake:

  • Pembelajar yang cepat
  • Membuat dan merakit barang

Dari analisa saya, Mike Shake adalah orang yang tertarik dengan:

  • pedang
  • cambuk
  • bela diri

Mungkin dulunya tukang berkelahi 😄

Video-video yang dibuatnya merupakan titik temu antara kemampuan dengan salah satu ketertarikannya.

Yang kita lihat disini bukan tingkat kesulitan dalam membuat videonya, tapi keunikan yang tercipta karena adanya titik temu.

Supaya lebih jelas, mari kita lihat contoh lainnya:

Pemilik channel Oversimplified adalah seseorang yang paham sejarah perang, suka kartun, dan punya selera humor.

Bagaimana dengan social media lain seperti TikTok atau Instagram?

Menggunakan titik temu antara kemampuan dan ketertarikan berlaku juga di social media lain:

Miss Excel adalah mantan pegawai kantoran yang jago Excel dan suka dance.

Ia berhasil berkembang di TikTok mengajar Excel sambil nge-dance. Btw, saya pernah bikin video cara Miss Excel meraih Rp 1,5 Miliar dengan memanfaatkan TikTok.

Tips dalam menemukan titik temu:

  • Combine. Contohnya jika punya skill video editing dan suka film — bisa bikin konten editing breakdown dari film populer atau mencoba recreate VFX dari suatu film.
  • Enhance. Misalnya kita pandai bercerita, suka alam, dan humor — bisa bikin konten cerita misteri alam dibalut dengan humor.
  • Innovate. Tentu kita bisa mencoba hal yang lebih kreatif. Seorang ahli fisika yang suka animasi 3D dan storytelling — bisa membuat edukasi fisika menyenangkan dalam bentuk animasi yang disuguhkan melalui cerita menarik.

Proses pencarian titik temu ini sebetulnya bisa dibantu oleh AI. Silahkan gunakan ChatGPT atau Gemini, tapi saya sangat menyarankan untuk mencari dulu sendiri agar mengasah kreativitas.

Langkah 4: Buat Premis Menjanjikan

Premis dalam cerita adalah konsep utama cerita yang bisa diungkapkan secara sederhana.

Untuk social media (definisi menurut saya):

Premis adalah konsep utama channel/akun yang ditujukan untuk target audiens, diambil dari visi pribadi, dan bisa diungkapkan secara sederhana.

Saat ada yang bertanya, “Channel YouTube kamu tentang apa?”

Kita harus bisa menyebutkan premis channel kita secara menarik dalam 1-2 kalimat saja.

Jika kita hanya memilih niche, paling kita cuma bisa bilang, “channel review masakan padang”

Terdengar terlalu umum dan biasa-biasa saja. Kontennya paling resep rendang, sambal hijau, atau gulai cincang. Tidak jauh dengan apa yang sudah dibuat oleh banyak konten kreator lainnya.

Tapi jika sudah menemukan titik temu, misalnya dengan hobi traveling, kita bisa mulai cari konsep dasarnya dulu. Contoh: review rumah makan padang di seluruh Indonesia.

Konsep tersebut mengkombinasi kemampuan sebagai seorang yang paham tentang masakan padang dan suka traveling.

Dari konsep tersebut bisa tercipta premis: petualangan mencari rumah makan padang yang memiliki rasa otentik di seluruh Indonesia.

Supaya lebih jelas, mari kita lihat contoh lainnya:

  • Keterampilan: Microsoft Excel dan akunting
  • Ketertarikan: Mengamati masalah yang berkaitan dengan ekonomi dan finansial rakyat
  • Konsep: Microsoft Excel dalam kehidupan sehari-hari
  • Premis: Panduan Excel dalam mengelola keuangan pribadi dan mengatasi masalah finansial

Mudah-mudahan beberapa contoh di atas bisa membantu.

Bagaimana Kalau Saya Bukan Seorang Ahli?

Pertanyaan serupa cukup sering saya dapat melalui komen di YouTube.

Dan ini salah satu alasan kenapa banyak orang mengurungkan niat untuk menjadi konten kreator.

Triknya adalah …

Posisikan diri kita sebagai pemula yang penasaran.

Anggap saja kita adalah seorang penjelajah — daripada memberikan “jawaban,” kita bagikan cerita penjelajahan kita. Di sinilah rasa penasaran kita bisa sangat membantu.

3 jalan yang bisa ditempuh:

  • Jika sedang mencari solusi dari suatu masalah, tunjukkan perjalanan kita saat mencoba menemukan solusi yang tepat (dan efektivitas dari solusi yang dicoba).
  • Jika sedang belajar suatu skill, tunjukkan perjalanan kita dalam melakukan pembelajaran tersebut (coba lihat kembali channel Mike Shake di atas).
  • Jika sedang bereksperimen, share pengalaman dan hasil dari eksperimen tersebut.

Kita mengorbankan diri sebagai kelinci percobaan untuk suatu eksperimen kecil, dan audiens akan berterima kasih karena kita telah menunjukkan sesuatu yang nyata pada mereka.

Tanpa disadari, perjalanan kita dalam mengeksplorasi akan membuat kita menjadi seorang ahli.

Apa Langkah Selanjutnya?

Saat baru memulai, biasanya masih bingung akan siapa target audiens.

Namun karena kita memilih sesuatu berdasarkan kemampuan dan ketertarikan pribadi, kemungkinan target audiens-nya adalah orang-orang yang mirip dengan diri kita.

Sebagai gambaran, kita bisa melihat:

  • Apakah ada produk dan konten berkaitan?
  • Apakah ada komunitas berkaitan?

Dari situ kita bisa mulai menggali siapa dan perilaku target audiens, dan langkah selanjutnya adalah mulai mendistribusikan konten.

Kalau tanya, “Bagaimana cara membuat konten?”

Di internet sudah banyak sekali tutorial pembuatan konten yang bisa dipelajari dari mulai shooting, rekam suara, video editing, dll.

Di channel Last Minute Creator pun pernah membahas tutorial rekam suara dan video editing.

“Bagaimana kalau hasilnya jelek?”

Kemungkinan besar hasilnya tidak akan langsung bagus, tapi itu cara kita belajar dan menjadi lebih baik.

Dalam memulai tidak perlu menunggu segala sesuatunya harus jadi sempurna dulu. Tapi lakukan iterasi (pengulangan dengan peningkatan).

Setiap posting satu konten baru, lakukan evaluasi agar bisa meningkatkan kualitas konten selanjutnya.

  • Rencanakan
  • Buat
  • Evaluasi
  • Perbaiki

Setiap konten baru yang kita buat harus lebih baik dari sebelumnya. Itu sebabnya saya pernah mengatakan dalam memenangkan permainan social media kita harus melalui level satu dulu.

Tentunya, untuk bisa berkembang pesat masih banyak yang harus dipelajari. Masih banyak yang akan saya break down. Jadi tunggu edisi newsletter selanjutnya.

Belum Jadi Pelanggan Newsletter?

Bergabung dengan 3000+ anggota untuk belajar cara berkembang pesat di social media, dan membangun bisnis online menguntungkan dengan modal minim — 100% Gratis!

Kami tidak akan pernah mengirimi Anda Spam

Bagikan Kepada Teman:
Scroll to Top